JAKARTA - Kementerian Agama Republik Indonesia mengirimkan 20 dai terbaik dari berbagai daerah ke Uni Emirat Arab (UEA) untuk mengikuti dauroh du’at, sebuah program pelatihan dakwah internasional yang strategis.
Kegiatan ini merupakan hasil implementasi nyata dari kerja sama antarpemerintah (Government to Government / G2G) antara Indonesia dan UEA, yang baru saja diperpanjang pada 9 April 2025.
Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, menegaskan bahwa keikutsertaan para dai dalam program ini bukan sekadar perjalanan belajar, melainkan misi diplomasi keagamaan yang membawa nama baik Indonesia.
“Dua puluh peserta yang diberangkatkan bukan dipilih secara sembarangan. Mereka adalah figur dai yang teruji dalam rekam jejak dakwah, dedikasi, dan integritas. Mereka akan membawa wajah Islam Indonesia yang damai dan moderat ke panggung global, ” ujar Zayadi dalam sambutan pelepasan dan pre-departure di Jakarta, Sabtu malam (12/04/2025).
Zayadi menekankan bahwa keikutsertaan dalam program ini mengandung makna strategis dan bersifat resmi.
“Ini adalah implementasi langsung dari MoU resmi antar pemerintah. Maka dari itu, program ini bukan sekadar pelatihan, tapi juga bentuk penguatan peran Indonesia dalam diplomasi keagamaan global, ” tegasnya.
Lebih lanjut, kegiatan dauroh du’at dirancang sebagai ajang benchmarking yang kaya nilai. Zayadi menyebut bahwa para dai akan dibekali pendekatan khas melalui metode 3N: niteni (mengamati secara seksama), niru (mengadopsi praktik baik), dan nambahi (mengembangkan dengan sentuhan lokal khas Indonesia).
“Kita tidak hanya belajar. Kita membawa identitas. Pelatihan ini harus dimanfaatkan untuk memperkaya praktik dakwah global dengan nilai-nilai Islam Nusantara, ” imbuhnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga marwah bangsa selama program berlangsung.
“Setiap kata dan tindakan para peserta akan menjadi cermin Indonesia. Maka menjaga nama baik bangsa adalah bagian dari membangun kepercayaan dan memperkuat hubungan bilateral, termasuk dalam pengembangan Islamic Center Solo sebagai proyek kerja sama strategis, ” jelas Zayadi.
Harapannya, pengalaman ini tak hanya menjadi catatan administratif, melainkan lompatan substansial dalam penguatan kapasitas dakwah dan pelayanan keagamaan di Tanah Air.
“Kami ingin peserta pulang bukan hanya membawa kenangan, tetapi juga membawa pemahaman mendalam, praktik baru, dan semangat baru dalam merawat keberagaman dan membangun dialog antarumat beragama, ” ujarnya penuh harap.
Mengakhiri sambutan, Zayadi memberikan refleksi spiritual atas momen keberangkatan ini.
“Keberangkatan ini bertepatan dengan bulan Syawal. Semoga keberkahan Ramadan tetap membekas, dan menjadi penyemangat dalam menjalani kolaborasi internasional dengan integritas tinggi, ” tutupnya.
Sementara itu, Kasubdit Kemitraan Umat Islam, Ali Sibromalisi, menambahkan bahwa program ini bukan hanya penguatan kompetensi, tetapi juga perjalanan transformasional.
“Ini adalah kesempatan emas untuk belajar langsung dari pusat peradaban Islam kontemporer, sekaligus memperluas cakrawala dan jejaring global, ” ungkapnya.
Ali menekankan bahwa selain aspek intelektual, kegiatan ini sarat akan nilai emosional dan spiritual.
“Program ini adalah perjalanan jiwa. Para peserta akan merasakan atmosfer spiritual yang berbeda, yang tak bisa mereka temui di tanah air, ” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa ini adalah kali kedua program ini diselenggarakan, setelah sebelumnya menuai respons luar biasa dari peserta.
“Kami berharap dauroh du’at akan menjadi ikon baru diplomasi keagamaan Indonesia yang moderat, inklusif, dan berwawasan global, ” pungkas Ali.
(B-13/Agus F/YF2DOI)